Rektor Unisda Lamongan M. Afif Hasbullah mengatakan bahwa untuk acara rakorwil diikuti oleh PTNU JawaTimur, namun untuk seminar nasional juga dihadiri oleh PTNU luar Jawa Timur, termasuk Pengurus Cabang LP Maarif sekitar.
Afif juga menyatakan bahwa tujuan penyelenggaraan kegiatan rakor ini adalah untuk menjalin silaturrahmi dan kerjasama antar PTNU di dalam rangka meningkatkan kualitas PTNU ke depan. “Oleh karena itu dalam rakor telah dibicarakan mengenai identifikasi kelemahan, kekuatan, peluang, dan ancaman yang dihadapi oleh PTNU Jatim. Alhamdulillah identifikasi itu kemudian dapat ditindaklanjuti dengan penentuan program kerja Aptinu Jatim untuk empat tahun ke depan”, kata Afif yang juga sebagai Koordinator Wilayah Aptinu Jatim.
Ketika dikonfirmasi mengenai spesifik kelemahan dan ancaman yang dihadapi PTNU dewasa ini, Afif mencontohkan mengenai problem manajemen pengelolaan PTNU yang masih banyak yang belum dikelola secara professional layaknya model pengelolaan organisasi modern, belum lagi PTNU masih banyak yang bermain pada ranah jurusan agama semata yang cenderung jenuh, juga yang tidak kalah penting adalah terkait dengan masalah kesehatan finansial PTNU, kelemahan tenaga SDM dan pengembangan infrastruktur yang lemah.
“Padahal di sisi lain, PTNU Jatim mestinya punya kekuatan dan peluang yang tidak boleh diabaikan. Misalnya serapan mahasiswa dari warga nahdliyin yang merupakan mayoritas di Jatim, jumlah SMA/SMK dan Madrasah Aliyah dilingkungan NU Jatim yang jumlahnya ratusan, termasuk peluang bidang-bidang studi baru yang amat dibutuhkan dunia kerja dapat dibuka oleh beberapa PTNU”. Kata Afif.
Mencermati hal tersebut, usai acara rakor dihasilkan beberapa program yang meliputi empat garis besar kegiatan yakni Peningkatan institusi (institusional building) Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU),
Peningkatan kualitas SDM,
Peningkatan kualitas Sistem Pengajaran, serta
Penciptaan dan Penguatan Network.
Selain memutuskan program kerja Aptinu, Rakor juga menyepakati mengenai kelengkapan struktur kepengurusan Korwil Aptinu Jatim untuk mendampingi Koordinator Wilayah Aptinu Rektor Unisda Lamongan, yakni Wakil Koordinator Wilayah Unipdu Jombang, Sekretaris Unsuri Surabaya dan Bendahara Universitas Yudharta Pasuruan. Di samping pengurus harian tersebut juga di lengkapi dengan bidang-bidang yang terdiri dari seluruh PTNU anggota yang hadir dalam rakor.
Mengenai pembicara yang hadir dalam acara antara lain: Menteri Komunikasi dan Informatika RI Muhammad Nuh, Direktur Ditnaga Dikti Muhlas Samani, Ketua PP LP Maarif Thajib, Ketua PP Aptinu yang juga Rektor Unwahas Semarang Noor Achmad, Koordinator Kopertis Sugianto, dan Sekretaris Kopertais Misbahul Munir.
Menkominfo Muhammad Nuh dalam ceramahnya menyatakan apresiasi yang setinggi-tingginya pada pembentukan Asosiasi PTNU. Ia menginginkan pembentukan Aptinu dapat betul-betul dimanfaatkan sebagai networking pengembangan PTNU ke depan. Ia juga berpesan bahwa para pimpinan PTNU tidak boleh bertengkar. ”Apa gunanya bikin asosiasi kalau ribut terus”, kata Muhammad Nuh.
Muhammad Nuh menyetujui pernyataan Ketua PP LP Maarif Thajib, kalau salah satu sebab tidak majunya PTNU adalah karena pengelolanya terlalu asyik berpolitik praktis, sehingga melupakan tugasnya untuk membangun kualitas lembaganya. Menkominfo menyatakan, bahwa PTNU dan Aptinu jangan difungsikan seperti tenda yang disewakan pada pesta-pesta. Perlakukan PTNU sebagai rumah saja yang terus dibangun dengan baik. Karena tenda itu disewa hanya ketika hajatan saja, ketika selesai tenda dikembalikan dan biasanya setelah disewakan pasti ada yang rusak.
Sedangkan Ketua PP Aptinu menyatakan bahwa setelah enam tahun sejak pendirian Aptinu di Unisma, sudah saatnya Aptinu lebih aktif bergerak. ”Oleh karenanya saya mengharapkan agar keanggotaan Aptinu lebih aktif, bukan pasif”, kata Noor Achmad. Keanggotaan Aptinu sendiri menurut Koordinator Aptinu Jatim M. Afif Hasbullah cukup mudah, yakni meliputi Perguruan Tinggi yang memakai nama Nahdlatul Ulama, didirikan oleh NU atau minimal berafiliasi kepada NU, dalam kasus ini misalnya adalah perguruan tinggi yang didirikan oleh orang-orang NU maupun lembaga-lembaga pesantren.